Jakarta – Sebuah kasus medis langka yang menimpa seorang wanita muda berusia 20 tahun di China telah membingungkan para dokter. Wanita tersebut dilaporkan mengalami orgasme tak terkendali beberapa kali sehari tanpa adanya rangsangan seksual, sebuah kondisi yang secara signifikan mengganggu kehidupan normalnya.
Kondisi ini menyebabkan gairah seksual yang terus-menerus, membuat pasien kesulitan untuk menjalani aktivitas sehari-hari seperti bersekolah, bekerja, atau menjalin hubungan sosial. Tekanan batin yang dialaminya sangat luar biasa, bahkan hingga menyulitkannya untuk menjelaskan gejalanya tanpa terganggu oleh orgasme yang tiba-tiba.
Para ahli medis menduga bahwa wanita muda ini menderita Persistent Genital Arousal Disorder (PGAD), atau gangguan gairah genital persisten. Diagnosis PGAD merupakan sebuah tantangan, karena neurolog tidak menemukan kelainan struktural pada otak atau organ reproduksi yang dapat menjelaskan respons gairah yang terus-menerus ini.
Gejala awal kondisi ini muncul saat pasien berusia 14 tahun, ditandai dengan sensasi “listrik” di perut yang disertai kontraksi panggul mirip orgasme. Bersamaan dengan itu, ia juga menunjukkan sensitivitas berlebihan dan delusi, seperti keyakinan bahwa orang lain dapat membaca pikirannya.
Diagnosis PGAD akhirnya dapat ditegakkan setelah serangkaian pengobatan dengan obat antipsikotik berhasil meredakan orgasme dan delusinya. Setelah beberapa minggu perawatan, kondisi pasien membaik secara signifikan, memungkinkannya untuk kembali bekerja dan bersosialisasi. Namun, penting untuk dicatat bahwa gejala akan kambuh kembali jika pengobatan dihentikan.
Para peneliti berteori bahwa kondisi ini mungkin terkait dengan ketidakseimbangan dopamin, sebuah neurotransmitter yang berperan penting dalam sistem gairah dan penghargaan di otak. Pemberian antipsikotik diduga menekan respons dopamin ini, sehingga membantu mengurangi gejala gairah yang dialami pasien.
Kasus ini menyoroti kompleksitas PGAD dan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme di baliknya serta mengembangkan strategi pengobatan yang lebih efektif bagi penderitanya.
src: Detik Health
Baca juga:
5 Cara Alami dan Efektif Mengatasi Lemah Syahwat untuk Kesehatan Seksual Pria